Thursday, September 2, 2010

Free Writing

POLITIK PENCITRAAN

Sakinah Ummu Haniy – Ilmu Politik – 0906561124

Apa itu politik pencitraan? Menurut saya, politik pencitraan adalah bagaimana cara seseorang dalam membuat sebuah image yang dapat membuat dia mendapatkan jabatan politik tertentu. Contoh besarnya adalah presiden kita. Terlepas dari kualitasnya, image yang di bangun oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono itu terbukti telah membuat beliau terpilih menjadi presiden untuk kedua kalinya.

Dalam sebuah masyarakat yang tingkat apatismenya lumayan tinggi, citra seseorang menjadi hal yang terpenting bagi seseorang untuk memperoleh kekuasaan. Begitu pula untuk masyarakat yang berpengetahuan politik rendah. Kalau bukan citra, apalagi yang menjadi background mereka dalam memilih calon pemimpin?

Lalu, bagaimana cara melakukan politik pencitraan tersebut? Dalam skala besar seperti pilpres, tentu saja media-media nasional seperti televisi menjadi pilihan utama dalam pembentukan citra. Seorang calon presiden akan melakukan hal-hal populis dan menghindari hal-hal yang kurang populer. Hal-hal populer tersebut tentu saja akan di publish oleh media dan membuat citra tertentu pada benak masyarakat.

Untuk sebuah masyarakat demokrasi, sebenarnya hal ini sah-sah saja. Bahkan bisa dibilang politik pencitraan adalah strategi politik yang paling efektif bagi seorang “pencari jabatan”. Karena hal yang terpenting bagi seorang calon penguasa adalah kepopuleran itu sendiri. Populer berarti memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan umum, dan menang pemilu adalah syarat mutlak untuk menjadi penguasa dalam masyarakat demokrasi.

Politik pencitraan juga dapat diterapkan dalam tataran politik kampus, khususnya di FISIP UI. Setiap tahun kepengurusan dan kepemimpinan lembaga eksekutif (BEM) dan legislatif (BPM) di FISIP berganti, dan untuk mencari penggantinya dilakukan Pemilihan Raya (Pemira). Pemira dilakukan untuk memilih pasangan calon ketua dan wakil Badan Eksekutif Mahasiswa dan memilih anggota umum Badan Perwakilan Mahasiswa.

Untuk memenangkan pemira ini tentu saja dibutuhkan suara terbanyak. Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah dengan politik pencitraan.

Sebagai mahasiswa yang masih memiliki ekspektasi yang besar terhadap FISIP, para mahasiswa baru adalah konstituen yang paling menggiurkan untuk dijadikan target utama. Bagaimana cara memperoleh suara maksimal dari konstituen paling potensial ini? Yang paling penting adalah : dikenal, dikenal dengan citra yang baik. Melakukan hal yang meninggalkan kesan baik bagi mahasiswa baru. Membuat mahasiswa baru nge-fans sehingga sang calon menjadi populer.

Banyak hal-hal yang dapat dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang meninggalkan kesan dalam pada mahasiswa baru seperti kegiatan orientasi kehidupan kampus, pengenalan sistem akademik dan non-akademik di fakultas, dan lain-lain. Dan jika seseorang telah berhasil membuat suatu kegiatan yang meninggalkan kesan tertentu, yang dibarengi dengan kesan tertentu terhadap individunya pelaksananya pula, setidaknya popularisme sudah ada dalam genggaman.

Apakah politik pencitraan ini efektif? Mari kita tunggu hasil dari Pemira FISIP UI 2010 yang akan berlangsung November ini!